Oleh RENE L PATTIRADJAWANE
Ada dua pokok persoalan penting yang menandai perkembangan dan pertumbuhan globalisasi yang memberi kemajuan ekonomi di kawasan Asia Timur. Pertama, menyangkut pertikaian Google Inc yang berhadapan dengan Pemerintah China. Keduanya berseteru soal penyaringan dan penyadapan terhadap perusahaan AS tersebut.
Kedua, pertumbuhan ekonomi RRC tahun 2009 mencapai 8,7 persen. Ekspansi ekonomi China menempatkan negara berpenduduk terbesar di dunia itu berpotensi menggeser posisi Jepang sebagai kekuatan ekonomi kedua di dunia setelah AS.
Dari dua persoalan ini, ada dua faktor yang saling bersinggungan satu sama lain, yakni globalisasi dan kedaulatan yang selama ini mengejawantahkan transformasi sistem internasional. Banyak pengamat yang memperkirakan globalisasi dan kedaulatan menghadapi era baru. Kedaulatan akan diperlemah, termarjinalisasi, bahkan mengalami transmutasi akibat globalisasi.
Dari kedua faktor ini kita harus mengerti bahwa para penguasa di Beijing tidak berkeinginan mengontrol jaringan internet, tetapi memberi garis jelas antara penyampaian pendapat dan ancaman terhadap kekuasaan komunis China.
Saat bersamaan ada faktor lain yang harus dipahami. Para penguasa di Beijing melihat jejaring internet harus cukup bebas. Ini antara lain mendorong tumbuhnya baidu.com dan alibaba.com sebagai portal pencari dan pemasaran terbesar di China. Portal itu bertujuan mendukung dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi sekaligus mendukung monopoli kekuasaan komunis.
Perseteruan atau bisnis
Google Inc didukung Menlu AS Hillary Clinton yang menuduh para penguasa di Beijing melakukan infiltrasi terhadap Google. China membantah tuduhan itu. Namun, Google harus mengerti bahwa kekuatan ekonomi China yang dahsyat didukung sumber daya manusia yang memiliki keahlian istimewa, mampu mengoperasikan sistem yang ekstensif, canggih secara teknologi, dengan jangkauan tak terbatas dalam melakukan penyaringan internet di daratan China.
Sebagaimana disebutkan di atas, ada faktor lain yang harus dipahami dalam meneropong persoalan jejaring internet, yakni kedaulatan dan globalisasi. Faktor ini dipahami secara jelas dan tegas oleh berbagai perusahaan AS. China mampu menggeser sentra teknologi komunikasi informasi dan juga memiliki posisi sebagai tiang utama inovasi dunia.
Perubahan lanskap dan pertikaian global ini jelas akan menempatkan Google Inc menghitung ulang posisinya dalam berhadapan dengan Beijing. Sebab, dalam evolusinya globalisasi menghadirkan fenomena baru, selain menyangkut persaingan antarnegara, juga terkandung faktor kedaulatan, nilai-nilai universal, juga terdapat faktor persaingan antarperusahaan dari sebuah negara. Misalnya, Google Inc harus bersaing dengan Yahoo! dan Microsoft dalam merebut pasar China.
China menyadari jejaring internet menjadi bagian penting dan tidak terpisahkan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Google Inc pun menyadari China memiliki potensi pasar yang menggiurkan untuk periklanan sehingga motonya, ”Not Doing Evil”, harus mampu menjustifikasi perseteruannya dengan Beijing dan keuntungan bisnis yang dikandungnya. (Sumber : Kompas/ 27/1/ 2010)
No comments:
Post a Comment